Mertuaku Yang DZALIM Karma Dibayar Tunai Bagian 3

Mertuaku Yang DZALIM

Kurang ajar sekali si Yuna! Sombong sekali dia! Huh, geramnya aku pada mantan menantuku itu.
Bayangkan saja, dia langsung menarik tangannya cepat-cepat dari genggamanku yang terbaring di ranjang rumah sakit ini, hanya gara-gara aku ingin minta bantuannya dengan meminjam perhiasannya itu.
Tambahan lagi, dengan sok nya dia menolak mentah-mentah ketika kusuruh rujuk dengan Rino, anakku. Sungguh mentang-mentang sekali. Dulu saja katanya mau hidup susah dengan Rino, sekarang dia tak sudi lagi menerima anakku karena dia merasa sudah punya barang-barang bagus, uang banyak, serta bpekerjaan bagus, sedangkan anakku Rino baru saja jadi pengangguran.



"Maaf Bu, dan Bang Rino. Aku ke sini hanya mau menjenguk. Karena tadi Bang Rino mohon-mohon padaku. Mulai sekarang sebaiknya jangan ganggu aku lagi, karena aku insyaallah akan menikah sebentar lagi,"
Sungguh aku ingin sekali lagi menampar muka si Yuna itu. Maksudnya dia mau menghina kami? Menghina Rino? Aduuhhh... kepalaku jadi berat dan nyut-nyutan lagi. Sepertinya darah tinggiku kumat lagi, gara-gara menantu eh.. mantan menantu sombong dan kurang ajar ini.
"Awas kamu Yuna. Kamu selama ini tinggal dan makan gratis di rumahku. Sekarang kami kesusahan kau pamer kesini pakai baju bagus dan perhiasan bagus, tapi tidak sedikitpun mau membantu. Malah kau hina Rino yang sudah payah selama ini mencari uang untukmu. Kau merasa sok cantik masih ada yang mau dengan janda macam kau ini? Lihat saja, ku yakin calon suamimu itu akan menyesal menikahimu! Huh!"
Ku lihat Yuna melotot padaku, seakan dia mau menelanku bulat-bulat. Benar-benar sudah tidak takut dia sekarang padaku. Sedangkan Rino anakkku hanya diam di sudut, menangkup wajahnya seperti orang pusing. Leni tidak kembali juga dari membeli makanan. Bagaimana kalau Yuna ini benar-benar berani mencekikku? Karena sepertinya dia tidak ada lagi segan-segannya padaku.

"Hei, Bu Rosna! Dengar ya. Aku itu tinggal dan makan di rumahmu karena aku istri anakmu. Menantu yang kau zolimi, kau jadikan babu, dan cuma kau kasih makan singkong, sementara masakanku kau habiskan dengan si Leni. Rino pontang-panting cari uang juga bukan untukku, tapi uangnya kau ambil semua. Aku selama ini patuh pada Rino dan padamu karena statusku jadi istri, sekarang aku bukan siapa-siapa kalian lagi. Aku yang menyesal menikahi Rino, mau berhenti bekerja supaya jadi istri yang mengurus suami, tapi aku kalian injak-injak di rumah kalian! Sekarang kalau Ibu berani lagi mencaci maki aku, aku bersumpah aku tidak akan tinggal diam. Kalian bukan siapa-siapa ku lagi!!" Tiba-tiba Yuna berteriak-teriak dengan muka yang sangat benci padaku. Selama jadi menantuku dia tidak berkutik, sekarang dia berani membentak dan mencaciku?

Tiba-tiba Leni masuk sambil membawa makanan dari warteg. Aku senang dan langsung pasang muka pura-pura panik. Sedangkan Rino hanya diam terperangah di tempat.
"Hey Yuna, kau apakan ibuku?!" Bentak Leni mendorong Yuna. Tak disangka Yuna balas mendorong Leni. Dia juga menatap berapi-api pada Leni.
"Kau dan Ibumu sama saja. Tukang menyiksa orang. Kuperingatkan kau, jangan coba-coba cari masalah lagi denganku ya Leni!"
"Ibu! Bang Rino?! Yuna ini kenapa sih? Asalkan kau tahu ya Yuna, suamiku orang kaya dan berkuasa. Sekolah tempatmu bekerja itu bisa kusuruh beli oleh suamiku. Biar kau tak sombong lagi dan menjadi gembel dijalanan," Leni anakku masih coba mengancam. Padahal aku tahu persis nasib Leni pun sekarang sedang tidak jelas, suaminya yang kaya itu sudah tidak pernah lagi mencarinya.
Yuna lantas tertawa dengan gaya menghina Leni.
"Bukankah kata Ibumu waktu meneleponku, kau sedang ditelantarkan suamimu??"
Oh sialan! Aku lupa aku pernah mengatakan itu pada Yuna sebelumnya. Sementara Leni tampak sangat terkejut, malu, dan menatap marah padaku.
"Sudahlah! Aku sudah malas berurusan dengan kalian. Ternyata akupun menyesal telah datang menjengukmu, Bu,"

Aku mau memakinya lagi, tapi kepalaku sudah terasa sangat sakit. cenut-cenut. Mungkin darah tinggiku kambuh lagi gara-gara si Yuna kurang ajar ini.
"Oh ya, Leni. Sebelum aku pergi, kau kembalikan segera tas dan sepatuku yang sekarang kau pakai itu! Kau tak ingat ya? Dulu kau suka seenaknya masuk kamarku dan mengambil barang-barang yang kubawa dari rumah ibuku! Ayo copot! Mau kusumbangkan ke anak yatim!"
Bentakan Yuna pada Leni membuat Leni terlonjak kaget. Ternyata benar, anakku itu masih memakai barang-barang milik Yuna, karena barang-barang mewah pemberian suaminya disita ibu mertuanya saat Leni kabur.
Tanpa menunggu persetujuan Leni, Yuna langsung menarik tas warna cokelat dari bahu Leni dan menumpahkan isinya ke lantai. Juga menyuruh buka paksa sepatu warna putih di kaki Leni.

Leni tidak bisa berkutik karena Yuna terlihat sangat berbeda dan menakutkan. Leni tampak sangat terhina oleh Yuna.
"Awalnya aku mau mengikhlaskan saja untuk Leni. Tapi melihat tingkah kalian, aku berubah pikiran,"
Leni terpaksa memanggil dokter saat Yuna telah pergi. kepalaku sakit sekali, berdenyut-denyut rasa mau pecah. Sungguh aku sakit hati pada Yuna. Awas kau Yuna, setelah aku keluar rumah sakit, aku akan membalasmu. Kau telah menghina anakku, kau akan kubuat malu. Aku tahu dimana akan mencarimu Yuna. Jangan harap kau akan menikah dengan bahagia. Aku benci padamu, mantan menantuku. Aku masih bisa membuatmu sengsara, lihat saja.
Posting Komentar